
Ilustrasi Banjir Dayeukolot Kabupaten Bandung Jawa Barat (13/3)
fokuseditorDotCom BANDUNG – Pemicu banjir di daerah Kabupaten Bandung dan sekitarnya dituding salah satunya adalah Sungai Citarum dan sejumlah sungai lainnya. Untuk mengatasi banjir tersebut Pemerintah Pusat dan Daerah melakukan upaya, yang diantaranya melakukan normalisasi (Pengerukan) Daerah Aliran Sungai (DAS) pada waktu nominal dananya cukup besar sekitar Rp. 1.2 Trilyun. Sementara Gubernur Jabar kalua tidak salah di jabat oleh Ahmad Heriawan.
Terjadinaya banjir di daerah Kabupaten Bandung terus terjadi setiap musim penghujan. Pemerintah mengeluarkan jurus jitu yang dianggap bakal mampu mengtasi banjir. Maka Pemeritah Pusat dan Daerah sepakat untuk membuat sebuah kubangan sebagai alat penampungan air hujan (retensi) di Cieunteung. Sejumlah tanah dan bangunan milik warga dibebaskan untuk mendukung proyek tersebut. Proyek tersebut Pemprov Jabar Gubernurnya masih dijabat oleh Ridwal Kamil.
Dana yang dikucurkan dari APBN Pemeritah Pusat cukup lumayan besarnya diduga bisa mencapai Puluhan Trilyunan Rupiah, yaitu untu pembebasan tanah dan banguan milik warga. Namun kedua proyek raksasa tersebut yang di gadang-gadang akan mampuh menangkal banjir kenyataannya NOL besar.
Nama sungai Citarum tidak asing terdengar di kalangan masyarakat luas. Sungai yang panjang mencapai sekitar 323 km di Jawa Barat itu pernah membuat Indonesia terkenal di dunia. Bukan karena prestasinya, akan tetapi pernah disebut sebagai salah satu sungai terkotor di dunia pada 2018.
Ditenggarai sebagai pemicu banjir disejumlah wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung dan ratusan rumah penduduk terendam, dengan kerugian materi ratusan juta sampai miliaran danbisa triyunan rupiah.
Sungai yang mengalir dari Situ Cisanti, Kabupaten Bandung sampai Laut Jawa ini menjadi “tempat sampah” karena berdasarkan data Kemenko Marves 90% pada waktu itu, dari 1.900 industri di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Citarum tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memadai.
Selain itu, Sungai Citarum juga ‘menampung’ 20.462 ton sampah rumah tangga per harinya. Mirisnya, 71% di antara sampah-sampah tersebut tidak terangkut sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Untuk itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memiliki Program Citarum Harum untuk menangani Sungai Citarum. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan program ini bisa berhasil karena sinergi baik pemerintah pusat, daerah, dan juga masyarakat.
“Kementerian PUPR telah melakukan penanganan Sungai Citarum sejak lama diantaranya melakukan pengerukan. Namun dalam dua tahun ada sedimentasi lagi karena bergantung pada kondisi Hulu Sungai Citarum di Cisanti. Itu bukti tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan engineering saja,” kata Menteri Basuki dikutip, Sabtu (4/5/2024). Selain itu, untuk mendukung Program Citarum Harum, Kementerian PUPR juga membangun sejumlah infrastruktur dalam rangka pengendalian pencemaran dan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Provinsi Jawa Barat. (***).